Senin, 19 Desember 2016

BUDAYA PERUSAHAAN



BAB II
PEMBAHASAN

1.1        PENGERTIAN BUDAYA PERUSAHAAN
Dalam buku yang berjudul Corporate Culture didefinisikan sebagai, “serangkaian nilai atau keyakinan yang menghasilkan pola perilaku tertentu secara kolektif dalam korporasi.”
Menurut (VibizmanagementCulture) Budaya Perusahaan oleh Sathe (1982) diartikan sebagai sejumlah asumsi penting yang dipegang oleh anggota-anggota perusahaan, yaitu berupa suatu sistem dari nilai-nilai yang dipegang bersama tentang apa yang penting serta keyakinan tentang bagaimana dunia itu berjalan. Tiga faktor yang menjelaskan perbedaan pengaruh budaya yang dominan terhadap perilaku:
1.      Keyakinan dan nilai-nilai besama.
2.      Dimiliki bersama secara luas.
3.      Dapat diketahui dengan jelas, mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap perilaku.
Kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan sasaran organisasi bukan lagi dianggap sebagai beban tapi sebagai suatu kesadaran, di antaranya adalah:
1.      Berusaha menyesuaikan diri, menghormati norma organisasi, dan mengerjakan apa yang diharapkan.
2.      Memahami serta mendukung secara aktif misi dan tujuan organisasi.
3.      Memilih kegiatan dan prioritas pribadi untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan menyesuaikan diri dengan misi organisasi.
4.      Melakukan tindakan yang sesuai dengan misi da menjaga nama baik organisasi.
5.      Melakukan pengorbanan pribadi.
Budaya perusahaan (Corporate Culture) biasanya dimulai dari tindakan-tindakan dan nilai-nilai dari sang pemimpin perusahaan, yang biasanya juga adalah pemilik dan pendiri perusahaan. Seiring dengan waktu, tanpa disadari oleh sang pemimpin tersebut, nilai-nilai dan tindakan itu membudaya dengan sendirinya (menjadi nilai-nilai dan kebiasaan yang dianut oleh semua karyawan).






2.1        FAKTOR YANG MENENTUKAN DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA PERUSAHAAN
Dalam hal ini yang perlu mendapatkan perhatian serta perlu kita memahami faktor apa yang disebut dengan iklim organisasi, gaya kepemimpinan dan kinerja. IKLIM ORGANISASI adalah merupakan salah satu faktor penentu, oleh karena itu hal tersebut menggambarkan suasana hubungan kerja antar individu atau kelompok di dalam organisasi yang memengaruhi motivasi, prestasi dan kepuasan kerja. Pada iklim organisasi tersebut digambarkan dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Kejelasan dengan tanggung jawab artinya seperti individu merasa diberi tanggung jawab. Dalam perusahaan biasanya memiliki job descripsion yang jelas yaitu wewenang dan tanggung jawab daripada masing-masing karyawan.
2.      Memiliki sasaran/target kerja artinya setiap individu mengerti, mengetahui dengan jelas apa yang harus dikerjakan dan bagaimana melaksanakan serta kepada siapa ia harus melaporkannya, sehingga tujuan perusahaan tercapai.
3.      Dilakukan penilaian kerja artinya setiap individu memperoleh umpan balik dari apa yang dikerjakannya dari perusahaan dengan dilakukannya evaluasi kinerja karyawan (Performance Appraisal) secara berkala dan konsisten.
GAYA KEPEMIMPINAN secara bahasa adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan seorang pemimpin. Sedangkan secara istilah Gaya Kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, yang tampak dan yang tidak tampak oleh bawahannya. Adapun macam-macam gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1.      Gaya kepemimpinan otoriter / authoritarian.
adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.      Gaya kepemimpinan demokratis
Adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan informasi tentang tugas dan tanggung jawab para bawahannya.
3.      Gaya kepemimpinan bebas
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Empat gaya kepemimpinan dari empat macam kepribadian:
1)      Gaya kepemimpinan karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan besar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang-orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsistenan. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
2)      Gaya kepemimpinan diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari keuntungan sisi lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyegangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
3)      Gaya kepemimpinan otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah-langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
4)      Gaya kepemimpinan moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati. Segala bentuk kebajikan ada diri pemimpin ini. Orang-orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpin seperti ini adalah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
KINERJA adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:
1.      Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien.
2.      Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
3.      Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
4.      Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Karakteristik kinerja karyawan:
1)      Memiliki tanggung jawab dan pribadi yang tinggi.
2)      Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
3)      Memiliki tujuan yang realistis.
4)      Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjang untuk merealisasi tujuannya.
5)      Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukanya.
6)      Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. 
 
Indikator kinerja karyawan:
1.      Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
2.      Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan.
3.      Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktifitas yang diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4.      Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5.      Kemandirian. Merupakan tingkat seseorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.







3.1        MANFAAT BUDAYA PERUSAHAAN
Menurut pendapat Susanto (1997) mengemukakan bahwa budaya perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai daya saing andalan organisasi dalam menjawab tantangan dan perubahan. Budaya organisasi pun dapat berfungsi sebagai rantai pengikat dalam proses menyamakan persepsi atau arah pandang anggota terhadap suatu permasalahan, sehingga akan menjadi satu kekuatan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa manfaat budaya perusahaan (Corporate Culture) dikemukakan oleh Robbins (1993), yaitu:
1.      Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem atau kegiatan yang ada di dalamnya.
2.      Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota; dengan budaya yang kuat anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasinya.
3.      Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan individu.
4.      Menjaga stabilitas organisasi; komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi internal organisasi relative stabil.
Keempat fungsi tersebut menunjukkan bahwa budaya dapat membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, nilai-nilai yang ada di dalam organisasi perlu ditanamkan sejak dini pada diri setiap anggota.










4.1        HUBUNGAN ETIKA DENGAN BUDAYA PERUSAHAAN
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai salah satu kesatuan dengan lingkunganya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan.
Kebijakan perusahaan (company policy) biasanya secara formal di dokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of Conduct). Code of conductmemiliki peran yang semakin penting, sebagai bufferdalam interaksi intensif beragam ras, pemikiran, pendidikan dan agama.
Ada tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan. Pertama, terciptanya budaya perusahaan secara baik. Kedua, terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization). Dan ketiga, terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management). Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu faktor kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi dan kepentingan kelompok.















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam buku yang berjudul Corporate Culture didefinisikan sebagai, “serangkaian nilai atau keyakinan yang menghasilkan pola perilaku tertentu secara kolektif dalam korporasi.”
IKLIM ORGANISASI adalah merupakan salah satu faktor penentu, oleh karena itu hal tersebut menggambarkan suasana hubungan kerja antar individu atau kelompok di dalam organisasi yang memengaruhi motivasi, prestasi dan kepuasan kerja.
Beberapa manfaat budaya organisasi (Corporate Culture) dikemukakan oleh Robbins (1993), yaitu:
1.      Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem atau kegiatan yang ada di dalamnya.
2.      Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota; dengan budaya yang kuat anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasinya.
3.      Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan individu.
4.      Menjaga stabilitas organisasi; komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi internal organisasi relative stabil.
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai salah satu kesatuan dengan lingkunganya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.

B.           SARAN
Makalah ini masih memiliki banyak  kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah kami agar lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Arijanto, Agus, S.E., M.M., 2011, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2.      Keraf, A. Sonny, 1988, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Jakarta: Kanisius.
3.      Rudito, Bambang dan Famiola, Melia, 2007, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Jakarta: Rekayasa Sains.
4.      Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar