Senin, 19 Desember 2016

BUDAYA ORGANISASI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.

1.2        RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian budaya organisasi?
2.      Bagaimana konsep budaya organisasi?
3.      Apa saja komponen-komponen budaya organisasi?
4.      Apa fungsi budaya organisasi?
5.      Bagaimana karakteristik budaya organisasi?
6.      Bagaimana klasifikasi budaya organisasi?
7.      Apa saja faktor-faktor penguat budaya organisasi?
8.      Bagaimana hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim organisasi, dan keefektifan organisasi?


1.3        TUJUAN MAKALAH
1.      Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi.
2.      Untuk mengetahui konsep budaya organisasi.
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen budaya organisasi.
4.      Untuk mengetahui fungsi budaya organisasi.
5.      Untuk mengetahui karakteristik budaya organisasi.
6.      Untuk mengetahui klasifikasi budaya organisasi.
7.      Untuk mengetahui faktor-faktor penguat budaya organisasi.
8.      Untuk mengetahui hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim organisasi, dan keefektifan organisasi.











BAB II
PEMBAHASAN

1.1        PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.


2.1     KONSEP BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi mengacu pada norma perilaku, asumsi, dan keyakinan (belief) dari suatu organisasi, sementara iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi, dan keyakinan itu (Owens, 1991).
Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Greenberg dan Baron (1995) menekankan budaya organisasi sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan ekspetasi yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Fungsi budaya organisasi adalah: 1) memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, 2) memunculkan komitmen terhadap misi organisasi, 3) membimbing dan membentuk standar perilaku anggota organisasi, dan 4) meningkatkan stabilitas sistem sosial (Creemers dan Reynolds, 1993; Greenberg dan baron, 1995).
Karakteristik  budaya itu meliputi: a) Mempelajari, budaya diperlukan dan diwujudkan dalam belajar observasi dan pengalaman; b) Saling berbagi, individu dalam kelompok, keluarga dan masyarakat saling berbagi budaya; c) Transgenerasi, merupakan kumulatif dan melampaui generasi satu ke generasi lain; d) Persepsi pengaruh, membentuk perilaku dan struktur bagaimana seseorang menilai dunia; e) Adaptasi budaya didasarkan pada kapasitas seseorang berubah atau beradaptasi.


3.1        KOMPONEN – KOMPONEN BUDAYA ORGANISASI
Karakteristik Budaya Organisasi Abizar (1998) yang mengutip pandangan Deal dan Kennedy mengemukakan atribut kunci budaya organisasi berikut: 1) nilai-nilai, yaitu keyakinan milik bersama dan filsafat anggotanya, 2) pahlawan organisasi atau keteladanan, yaitu anggota organisasi yang mempunyai kepribadian terbaik dan memiliki nilai yang kuat tentang budaya organisasi, 3) ritual, yaitu upacara simbolis untuk merayakan dan memperkuat interpretasi nilai-nilai organisasi, 4) jaringan komunikasi budaya, yaitu saluran interaksi yang digunakan untuk memperkenalkan anggota terhadap budaya organisasi. Greenberg dan Baron (1995) mengemukakan empat cirri budaya organisasi, yaitu: kualitas (setiap orang bertanggung jawab untuk mencapai kualitas), tanggung jawab (setiap pegawai bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya), kebersamaan (menciptakan situasi dimana setiap orang bisa saling berhubungan), efisiensi (keberlangsungan organisasi secara efisien), dan kebebasan (memberi kesempatan kepada pegawai untuk merancang masa depannya).
Dari semua definisi di atas, satu yang terkenal secara umum dapat diterapkan bahwa budaya berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikap, dan keyakinan (Nicholson, 1997). Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan, dan harapan dari seluruh individu anggota organisasi mulai dari pucuk pimpinan sampai ke front lines (Juechter et al. 1998), sehingga tidak ada aktivitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya (Hofstede, 1984).


4.1        FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Fungsi budaya organisasi bergayut dengan fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk melakukan adaptasi tehadap lingkungan di luar organisasi, sementara fungsi internal berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada di dalamnya termasuk sumber daya manusia.
Tabel 6.1 Fungsi Budaya Organisasi
No
Adaptasi Eksternal
Adaptasi Internal
1
Misi & strategi. Mengembangkan konsensus mengenai tugas utama, misi inti/ fungsi laten yang diinginkan dari kelompok.
Bahasa bersama dan kategori konsep. Jika para anggota tidak dapat saling berkomunikasi dan saling memahami, berdasarkan definisi, tidak mungkin ada kelompok.
2
Tujuan. Mengembangkan konsensus tentang tujuan, tujuan ini harus merupakan cerminan konkret dari misi inti.
Batas dan kriteria kelompok. Untuk memasukkan atau mengeluarkan. Salah satu bidang budaya yang terpenting adalah siapa yang keluar dan berdasarkan kriteria apa keanggotaan kelompok ditentukan.
3
Cara. Mengembangkan konsensus tentang cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya, pembagian tenaga kerja, struktur organisasi, sistem imbalan dan sebagainya.
Wewenang & status. Setiap organisasi harus bekerja dengan susunan kekuasaan, kriteria, dan aturan tentang bagaimana karyawan mendapatkannya, memelihara dan kehilangan kekuasaan; konsensus dalam bidang ini penting untuk membantu karyawan mengendalikan perasaan agresi.
4
Ukuran. Mengembangkan konsensus tentang kriteria yang akan digunakan untuk mengukur seberapa baik kelompok dalam mencapai tujuan dan targetnya. Misalnya, sistem informasi dan pengendalian.
Keakraban, persahabatan, dan kasih sayang. Setiap organisasi harus bekerja dengan aturan main tentang hubungan antar-rekan sekerja, hubungan antara karyawan yang berbeda jenis kelamin, dan cara keterbukaan dan keakraban ditangani dalam konteks pengaturan tugas-tugas organisasi.
5
Koreksi. Mengembangkan konsensus tentang strategi-strategi perbaikan/ penanggulangan yang diperlukan bila kelompok tidak mencapai tujuan.
Ganjaran dan hukuman. konsensus tentang kriteria alokasi imbalan dan hukuman. setiap kelompok harus mengetahui perilaku baik dan jelek yang berpengaruh kepada imbalan dan hukuman.
6

Ideologi. Konsensus tentang ideologi dan agama. Setiap organisasi seperti setiap masyarakat, menghadapi peristiwa yang tidak terjelaskan yang harus diberi nama sehingga para anggota dapat menanggapi mereka & menghindari kegelisahan dalam menghadapi hal yang tak terjelaskan dan tak terkendalikan.
Teori tentang kelompok sependapat bahwa ada dua macam masalah (1) Masalah yang berkaitan dengan kelangsungan mendasar kelompok dan (2) Masalah yang berkaitan dengan kelompok untuk berfungsi sebagai satu kelompok. Masalah ini diberi nama masalah sosio-emosional, pembinaan dan pemeliharaan kelompok atau masalah integrasi yang dibedakan antara sistem eksternal dan sistem internal yang keduanya saling berkaitan. Sistem eksternal, adalah masalah yang menentukan kelangsungan hidup kelompok di lingkungannya. Dalam sistem internal suatu organisasi tidak akan bisa bertahan hidup jika tidak mampu memanajemenin diri sendiri sebagai suatu kelompok.


5.1        KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI
Isi dari suatu budaya organisasi terutama berasal dari tiga sumber (Baron dan Greenberg, 1990). Pertama, pendiri organisasi. Pendiri tersebut sering memiliki kepribadian dinamis, nilai yang kuat, dan visi yang jelas tentang bagaimana organisasi seharusnya. Pendiri mempunyai peranan kunci dalam menarik karyawan. Sikap dan nilai mereka siap diteruskan kepada karyawan baru. Akibatnya, pandangan mereka diterima oleh karyawan dalam organisasi, dan tetap dilakukan sepanjang pendiri berada dalam organisasi tersebut, atau bahkan setelah pendirinya meninggalkan organisasi. Kedua, pengalaman organisasi menghadapi lingkungan eksternal. Penghargaan organisasi terhadap tindakan tertentu, kebijakan, produknya, mengarah pada pengembangan berbagai sikap dan nilai. Ketiga, hubungan kerja karyawan membawa harapan, nilai, sikap mereka ke dalam organisasi. Hubungan kerja mencerminkan aktivitas utama organisasi yang membentuk sikap dan nilai. Jadi, budaya organisasi sering dibentuk oleh pengaruh orang-orang yang mendirikan organisasi tersebut, oleh lingkungan eksternal di mana organisasi beroperasi, dan oleh karyawan serta hakikat dari organisasi tersebut.
Robbins (1994) mengajukan sepuluh karakteristik yang jika dicampur dan dicocokkan akan mengambil esensi dari sebuah budaya organisasi sebagai karakteristik utama yang menjadi pembeda budaya organisasi, yaitu:
a)            Inisiatif Individual; tingkat tanggung jawab, kebebasa, dan keindependenan yang dimiliki individu.
b)            Toleransi terhadap tindakan beresiko; sejauh mana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko.
c)            Arah; sejuah mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai kinerja.
d)           Integrasi; tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e)            Dukungan dari manajemen; tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
f)             Kontrol; jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.
g)            Identitas; tingkat sejauh mana para karyawan mengidentifikasikan dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional lainnya.
h)            Sistem imbalan; tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misalnya kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria kinerja karyawan sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
i)              Toleransi terhadap konflik; tingkat sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
j)              Pola-pola komunikasi; tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan formal.

Efektivitas Individu → Efektivitas  Group → Efektivitas  Organisasi → Stabilitas
                                                                                      
1.      Inovasi dan                         3. Orientasi                  5. Orientasi
resiko                                       pada hasil                    pada tim
2.      Perhatian dan                      4. Orientasi                  6. Keagresifan
Perincian                                 pada orang


Sumber: O’Reilly, Charles and Chatman, J. (1986)
Organizational Commitment and Psychological Attachment: The Effects of
Compliance, Identification and Internalization on Prosocial Behaviour, Journal of
Applied Psychology. Vol. 71

Gambar 6.1: Model Karakteristik Budaya Organisasi

Masing-masing karakteristik di atas bergerak pada suatu kontinuitas dari rendah ke tinggi dan diduga penilaian terhadap suatu organisasi atas dasar ketujuh karakteristik tadi kemudian, menghasilkan gambaran mengenai budaya organisasi yang bersangkutan. Selanjutnya gambaran itu akan menjadi basis “Feelings of Shared Understanding” (perasaan berbagi saling pengertian) yang dimiliki oleh para anggota mengenai organisasi (Robbins, 1996).



6.1        KLASIFIKASI BUDAYA ORGANISASI
Dalam mempelajari budaya organisasi dapat dikelompokkan dalam empat pendekatan (Robbert dan Hunt, 1994), yaitu:
1.      Kelompok pertama beberapa sarjana memandangnya sebagai asumsi bersama, keyakinan, dan nilai-nilai dalam organisasi dan kelompok kerja.
2.      Kelompok kedua tertarik mengenai mitos, cerita, dan bahasa sebagai manifestasi budaya.
3.      Kelompok ketiga memandang tata cara dan seremonial sebagai manifestasi budaya.
4.      Dan kelompok keempat mempelajari interaski antar-anggota dan simbol-simbol.


Tidak tampak
NILAI-NILAI YANG DIMILIKI BERSAMA
Pemikiran penting dan sasaran yang dimiliki oleh sebagian besar orang dalam sebuah kelompok, cenderung membentuk tingkah laku kelompok, dan yang sering menetap dalam jangka waktu panjang bahkan dengan perubahan dalam keanggotaan kelompok. Contoh: perhatian manajer pada pelanggan; eksekutif menyukai utang jangka panjang.
Semakin
sulit diubah
           
 

                       



NORMA TINGKAH LAKU KELOMPOK
Cara yang biasa atau mudah menyebar untuk bertindak yang dijumpai dalam sebuah kelompok dan yang menetap karena anggota kelompok cenderung bertingkah laku dalam cara yang mengajarkan kebiasaan ini (di samping nilai-nilai milik bersama) kepada yang baru, memberi imbalan mereka yang sesuai dan memberi sanksi kepada mereka yang tidak sesuai. Contoh: karyawan cepat memberi respons pada permintaan pelanggan; manajer sering melibatkan karyawan tingkat bawah dalam membuat keputusan.



Tampak
Semakin mudah
Di ubah
                                               
                       
                                                           


Sumber: Kotter, John P. and Heskett, James L,(1992). Corporate Culture and
Performance. The Free Press, New York, h.5
Gambar 6.2. Budaya dalam Suatu Organisasi

Kotter dan Heskett (1992) menemukan bahwa ada budaya organisasi yang baik untuk mengadaptasi perubahan dan melestarikan prestasi organisasi, dinamakan budaya adaptif. Nilai intinya adalah kebanyakan manajer sangat memperhatikan pelanggan, pemegang saham, dan karyawan. Mereka amat menghargai manusia dan proses yang menciptakan perubahan berharga (misalnya, kepemimpinan ke atas dan ke bawah dalam hierarki manajemen). Tingkah laku umum manajer memberikan perhatian besar kepada semua pihak yang mendukung mereka, terutama pelanggan, dan memprakarsai perubahan kalau diperlukan untuk melayani perhatian sah mereka, sekalipun itu berarti ada resiko.
Stevenson dan Gumpert (dalam Harris dan Moran, 1991) membedakan budaya organisasi menjadi dua yaitu:budaya entrepreunerial dan administrative, berdasarkan fokus perhatian yang cirinya dilihat dari; a) Orientasi strategi, b) Komitmen dalam meraih peluang, c) Komitemen terhadap sumber daya, d) Struktur manajemen.
ORIENTASI KONTROL FORMAL
Budaya
Clan
Budaya
Entrepreunerial
Budaya
Birokratik
Budaya
Pasar
Fleksibilitas                
      



                                       Internal                                                      Mantap
   Mantap
Gambar 6.3 Klasifikasi Budaya Organisasi

Suatu organisasi bisa mempunyai variasi campuran dari empat jenis tersebut, yaitu:
1)            Budaya Birokratik, suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai peraturan standar prosedur operasi, dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka panjang dalam birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya mempunyai standar nilai yang tinggi terhadap barang dan pelayanan pelanggaran. Manajer memandang peran mereka sebagai koordinator yang sangat baik, organisator, dan memperkuat standar dan aturan tertulis. Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan untuk seluruh karyawan dirumuskan dengan jelas. Beberapa aturan dan proses diuraikan dengan berlebihan, dan karyawan percaya bahwa kewajiban mereka adalah “melakukan sesuai dengan buku” dan mengikuti prosedur legal.
2)            Budaya Clan, mempunyai atribut tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim kerja, manajemen diri, dan pengaruh sosial. Komitmen individual jangka panjang dalam organisasi (kesetiaan) diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi terhadap karyawan (jaminan). Karyawan mempunyai sentimen bersama kebanggannya sebagai anggota organisasi. Karyawan mempunyai perasaan yang kuat untuk mengidentifikasi diri dan bahwa mereka saling bergantung. Komunikasi, koordinasi, dan integrasi didukung oleh tujuan bersama, persepsi, dan kecenderungan perilaku.
3)            Budaya Entrepreunerial, menunjukkan tingkat pengambilan risiko yang tinggi, dinamis dan kreativitas. Ada komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat bereaksi terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan. Cara-cara yang efektif asalkan baru dan produknya untuk mempercepat pertumbuhan. Inisiatif karyawan, fleksibilitas, dan kebebasan dibantu perkembangannya dan diperkuat serta diganjar dengan baik.
4)            Budaya Pasar, nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut mencapai sasaran, terutama yang berbasis financial dan pasar. Persaingan yang berlangsung keras, dan orientasi keuntungan memperkuat organisasi. Hubungan antara karyawan dan organisasi bersifat kontrak. Kewajiban para pihak disetujui terlebih dahulu. Dalam kondisi demikian orientasi kontrol formal stabil. Karyawan bertanggung jawab mencapai beberapa tingkat kinerja. Sementara itu organisasi menjanjikan suatu tingkat ganjaran sesuai jadwal yang disetujui. Atasan berinteraksi dengan bawahan secara luas berkaitan dengan persetujuan perundingan antara kinerja dan penghargaan dan atau mengevaluasi alokasi sumber daya yang dibutuhkan.


7.1        FAKTOR-FAKTOR PENGUAT BUDAYA ORGANISASI
Deal dan Kennedy (dalam Saffold, 1988) mengatakan bahwa antara-budaya kuat dan lemah, mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi perilaku organisasi.
Lorch (1986) mengatakan bahwa: a) budaya yang kuat cenderung menghambat perubahan, melihat kebutuhan untuk berubah dengan kuatnya nilai-nilai lama yang dipertahankan dan dianggap sudah baik; b) walaupun pimpinan menyadari pentingnya perubahan, tanggapan yang diberikan masih berkisar pada sistem nilai yang lama itu juga sehingga perubahaan itu tidak benar-benar nyata.
Untuk mengetahui suatu budaya organisasi, menurut Sathe (dalam Roberts et al. 1994) dapat diidentifikasikan melalui tiga cirri, yaitu: a) Kekentalan budaya (thickness of culture), diukur melalui jumlah asumsi bersama. Budaya kental mempunyai banyak asumsi, sedangkan budaya encer sedikit asumsinya; b) Tingkat kebersamaan (extent of sharing), lapisan demi lapisan keyakinan dianut bersama; c) Kejelasan peraturan (clarity of ondering). Dua faktor yang mempengaruhi kekuatan budaya adalah jumlah karyawan dan penyebaran geografis.



8.1        HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PEMIMPIN, BUDAYA ORGANISASI, DAN KEEFEKTIFAN ORGANISASI
Dalam kaitannya dengan keefektifan organisasi, ada beberapa padangan dan hasil penelitian yang mendasari penelitian ini. Keyakinan dan asumsi-asumsi dalam organisasi membentuk struktur dan proses organisasi; dan mempengaruhi sikap, komitmen dan performansi (Wilkin dab Ouchi, 1983; Schein, E.H., 1985). Keyakinan dan asumsi merupakan bagian dari budaya organisasi.
Dalam kaitannya denga perilaku kepemimpinan, Mondy (1990) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan (leadership style) secara meyakinkan mempengaruhi budaya kelompok atau organisasi. Jika pemimpin menjaga jarak (aloof) dengan bawahan, maka sikap semacam ini menimbulkan dampak negatif terhadap organisasi.
Lebih lanjut Zdenek (1992) menekankan bahwa fungsi esensial kepemimpinan adalah memanipulasi budaya. Dengan demikian peranan pemimpin sangat penting dalam menciptakan budaya organisasi yang kuat. Cremeers dan Reynolds (1993) juga menyatakan bahwa budaya organisasi yang kuat berhubungan dengan kepemimpinan yang kuat, struktur organisasi yang partisipatif, dan interaksi sosial yang positif. Penelitian Hofstede dan Laurent (Dalam Gibson, Ivanicevich dan Donnelly, 1995) yang dilakukan di negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia menemukan bahwa perilaku dan sikap manajer atau pemimpin mempengaruhi kultur nasional. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan budaya organisasi dan keefektifan organisasi.
Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Owens (1991) mengemukakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang kuat (powerful) terhadap perkembangan iklim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perasaan anggota organisasi mempengaruhi sikap dan perasaan anggota organisasi. Pandangan itu diperkuat lagi oleh Kanter (1983) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam organisasi yang sukses, kultur kebanggaan terhadap organisasi berhubungan dengan iklim sukses (climate of success) dalam organisasi.
Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan, sementara budaya organisasi mempengaruhi iklim organisasi dan keefektifan organisasi. Budaya organisasi yang terbuka, pada gilirannya akan meningkatkan keefektifan organisasi.





BAB III
PENUTUP

A.          KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Fungsi budaya organisasi bergayut dengan fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk melakukan adaptasi tehadap lingkungan di luar organisasi, sementara fungsi internal berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada di dalamnya termasuk sumber daya manusia.
Dalam mempelajari budaya organisasi dapat dikelompokkan dalam empat pendekatan (Robbert dan Hunt, 1994), yaitu:
1.      Kelompok pertama beberapa sarjana memandangnya sebagai asumsi bersama, keyakinan, dan nilai-nilai dalam organisasi dan kelompok kerja.
2.      Kelompok kedua tertarik mengenai mitos, cerita, dan bahasa sebagai manifestasi budaya.
3.      Kelompok ketiga memandang tata cara dan seremonial sebagai manifestasi budaya.
4.      Dan kelompok keempat mempelajari interaski antar-anggota dan simbol-simbol.

B.           SARAN
Makalah ini masih memiliki banyak  kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah kami agar lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A. 1984. Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi Para Manajer. Bandung: Sinar Baru.
Kartono, Kartini. 1991. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.
Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Thoha, M. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.